Oleh : Nita Apriyani, S.Kom
Guru SMPN 2
Sumberjaya
Oki
Setiana Dewi (2012) menyatakan bahwa:
"Dengan
ilmu manusia mempunyai pengetahuan dan dengan pengetahuan, manusia dapat
membangun peradaban. Ilmu adalah cahaya yang menyinari jalan keidupan.
Sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang menutup sarana kebaikan".
Maka
dari itu, selain mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, Islam juga memberikan
hak kepada mereka untuk mendapatkan ilmu (pendidikan) dengan mudah. Karena ilmu
adalah kebutuhan pokok manusia, maka Negara wajib memenuhi. Negara memberikan
pelayanan pendidikan secara cuma-cuma dan memberikan kesempatan bagi warga negara
untuk mendapatkan pendidikan secara optimal dengan sarana dan prasarana sebaik
mungkin. Demikian juga negara sangat memperhatikan kesejahteraan dan gaji para
pendidik. Dana pendidikan ditanggung negara yang diambil dari Baitul Maal (kas negara)
Rasulullah
SAW telah mencontohkan, dengan menetapkan agar para tawanan perang Badar mengajarkan
baca tulis kepada 10 orang Madinah sebagai tebusan. Tebusan perang dalam Islam
adalah milik Baitul Maal. Rasulullah sebagai kepala negara telah menggunakan
kas negara untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok rakyatnya, yaitu
pendidikan. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah (kepala negara)
sesudah beliau. Sejarah mencatat bahwa Umar bin Khatab telah memberikan gaji
guru yang mengajar anak-anak dengan 15 Dinar (1 dinar = 4,25gr emas) setiap
bulannya.
Abdurahman
Ad Dakhili telah membangun gedung-gedung perguruan tinggi dan lembaga-lembaga
ilmiah di Andalusia (Spanyol), disamping
membangun masjid agung Al Hambra yang sangat monumental di Cordova.
Pada
zaman kekhilafahan dipegang oleh Bani Abasiyah yang berpusat di Baghdad, telah digalakkan
pengkajian ilmu dirumah-rumah, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid. Para ulama senantiasa didatangkan untuk mendiskusikan
berbagai ilmu pengetahuan. Para pejabat tinggi
negara, bahkan khalifah pun senantiasa memberikan fasilitas dan hadir dalam
kegiatan-kegiatan itu. Khalifah juga menyediakan hadiah kepada siapa saja yang
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Maka sangatlah wajar kalau saat itu
ilmu pengetahuan mengalami zaman keemasan.
Khalifah
Harun Al Rasyid pernah memerintahkan kepada para wali (gubernur) agar para
pejabat Negara memberikan hadiah masing-masing 1000 dinar kepada siapa saja
yang rajin mengumandangkan adzan, yang menghafal al Qur'an, yang menuntut ilmu,
yang meramaikan tempat-tempat pendidikan juga yang mendalami syariat islam. Maka
sejarah mencatat, pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid, kemakmuran, keamanan
dan kebudayaan mengalami puncak kejayaan. Baghdad
sebagai ibu kota menjadi kota metropolitan dunia sekaligus sebagai
pusat pengkajian ilmu pengetahuan tertinggi. Studi ilmiah dan penterjemahan
mengalami kemajuan pesat. Pada masa itu hidup 2 imam besar yaitu Imam Malik,
Imam Syafi'I dan Imam Hambali.
Harun
Al Rasyid sangat menghormati dan menghargai ilmu mereka, bahkan sangat
mendorong putra-putranya untuk berguru kepada mereka. Suatu ketika sang
khalifah dengan ikhlas dan semangat membawa kedua putranya Al Ma'mun dan Al
Amin untuk berguru kepada Imam Malik di Madinah. Dalam waktu singkat Al Ma'mun
telah menguasai ilmu kasusasteraan, tata negara, hukum, hadist, astronomi dan
berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Ia juga hafal Al Qur'an dan
menafsirkannya. Pada masa pemerintahan Al Ma'mun ilmu pengetahuan juga mendapat
prioritas. Dua buah observatorium dibangun di dekat Damaskus dan Baghdad. Baitul Hikmah
(gedung ilmu) berisi perpustakaan yang menyimpan banyak buku juga dibangun di
dekat gedung observatorium di Baghdad.
Pada
masa kejayaan Islam, para khalifah dan kaum muslim saling berlomba mendirikan
sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi yang dilengkapi dengan berbagai macam
fasilitas. Semua itu diperuntukkan bagi siapa saja yang mau belajar secara cuma-cuma.
Khalifah Al Muntasir mendirikan madrasah Al Mustansiriah, sekolah terbesar
dikota Baghdad
pada masa itu. Setiap siswa diberikan beasiswa 1 dinar dan kehidupan mereka
dijamin sepenuhnya. Perpustakaan, pemandian, rumah sakit dengan dokter-dokter
yang selalu siaga adalah fasilitas yang juga diberikan kepada mereka. Sultan
Nuruddin Muhammad Zanky juga pernah mendirikan sekolah An-Nuriah di Damaskus.
Fasilitas yang disediakan antara lain berupa perumahan untuk staf pengajar,
ruang-ruang besar untuk ceramah, asrama siswa dan tempat peristirahatan untuk
siswa, staf pengajar juga para pelayan.
Pada
masa pemerintahan Islam, banyak perpustakaan besar telah didirikan oleh
pemerintah, di masjid-masjid, perguruan tinggi, sekolah-sekolah dan istana
negara untuk membantu para ulama dan rakyat mempelajari berbagai macam ilmu
pengetahuan. Perpustakaan-perpustakaan itu dilengkapi dengan ruang diskusi dan
ceramah, ruang pengkajian dan penelitian, ruang menyalin, ruang membaca bahkan
kadang tersedia ruangan latihan musik. Disetiap perpustakaan terdapat penerjemah,
penjilid, pengawas dan petugas khusus untuk melayani para pengunjung. Para pimpinan perpustakaan berasal dari kalangan ilmuwan,
guru besar, sastrawan atau pengarang yang mampu memberikan apresiasi atau
penialaian terhadap buku-buku yang terdapat di dalam perpustakaan.
Untuk
memudahkan mencari buku, maka setiap perpustakaan dilengkapi dengan katalog
yang rapi. Tidak kurang 100.000 buku terdapat di perpustakaan sekolah Al
Fadliliyah. Padahal pada masa itu mesin cetak belum diciptakan. Di perpustakaan
itu terdapat 6.500 kitab mengenai ilmu teknik dan astronomi, dilengkapi juga 2
buah globe (bola dunia), sementara orang Eropa masih menganggap bumi itu datar.
Perpustakaan Fathimiyyin memiliki koleksi 1.600.000 buku, bahkan ada yang
mengatakan 2 juta buku. Di Kairo terdapat perpustakaan Darul Hikmah dengan
sarana lengkap. Berkumpul dalam perpustakaan itu, para ulama, dokter, astronom,
sehingga merupakan lembaga yang baik untuk mempelajari berbagai hal tentang
ilmu pengetahuan.
Banyak
juga perpustakaan yang didirikan oleh pribadi. Abu Naser Sabur telah mendirikan
perpustakaan Darul Ilmi di Nasibur yang memuat 10.400 kitab. Di Karhar (dekat Baghdad) terdapat perpustakaan Khizanatul
Hikmah milik Ali bin Yahya. Banyak orang di berbagai negeri datang ke
perpustakaan ini. Ali memberikan buku serta fasilitas tempat tinggal dan
kebutuhan harian untuk mereka. Di salah satu pojok Khurasan terdapat 10
perpustakaan yang rata-rata memiliki 12.000 buku. Diantaranya ada yang paling
terkenal yaitu Khizanatul Hakam Ats Tsam yang memiliki 400.000 buku.
Dengan
berbagai fasilitas keilmuan yang diberikan negara di masa Islam, telah menutup
peluang terjadinya kebodohan dikalangan warga Negara. Kebanyakan para khalifah
dari kalangan Bani Abasiyah menjabat sebagai kepala Negara dalam usia dibawah
30 tahun, tetapi mereka ternyata mampu memimpin Negara dengan gemilang dan
sukses, seperti Harun Al Rasyid (25 tahun), Al Amin (24 tahun), Al Makmun (28
tahun), Al Mu'tashim (29 tahun). Berkat ilmu dan keandaian yang mereka miliki,
sehingga mereka mampu dan pantas menjadi kepala Negara.
Pada
masa itu juga terdapat individu-individu
yang melegenda karena kepandaiannya, antara lain Imam Bukhari, adalah ahli
hadist terbesar yang hafal 1 juta hadist lengkap dengan rincian sumber dan
80.000 orang perawinya. Lalu beliau memilih 9.082 hadist yang shahih dan
menuliskannya dalam kitabnya yang terkenal dengan Shahih Bukhari. Al Khawarizmi
adalah orang yang pertama memperkenalkan angka nol dan sebagai penemu Al Jabar.
Teorinya tentang persamaan linier, kuadrat, kalkulasi integral dan fungsi sinus
masih dipakai sampai sekarang. Al Khawarizmi juga mahir dalam geografi,
astronomi, musik dan sejarah.
Jabir
Ibnu Hayyan, telah tercatat sebagai ahli kimia termasyhur sampai akhir abad ke
17. seoarang ilmuwan ensiklopedis bernama Al Kindi telah memberikan sumbangan
yang tidak ternilai di bidang matematika, astronomi, astrologi, fisika, optik,
musik, pengobatan dan farmasi. Tidak kurang dari 265 buku telah ia tulis. Ar
Rozi termasuk dokter terbesar Islam. Karya yang dihasilkan sebanyak 200 buku
yang setengahnya di bidang kedokteran. Bukunya ensiklopedia pengobatan yang
mencapai 20 jilid disebut sebagai ensiklopedia yang paling lengkap yang pernah
ditulis seorang dokter. Ar Rozi juga berkarya di bidang matematika, fisika,
astronomi, geologi, musik dan sebagainya. Serta ilmuwan-ilmuwan yang lain,
semisal Al Biruni, Ibnu Haitham seorang ahli optik; Al Baitar; yang ahli
dibidang botani dan farmasi, Al Mawardi; ahli hadist sekaligus politikus ulung
dan sebagainya.
Itulah
tapak-tapak yang telah dibuat kaum muslimin terdahulu. Tapak-tapak itu bisa
dibuat kembali oleh kaum muslimin sekarang dengan syarat; Islam tak hanya
diamalkan dalam tataran individu atau kelompok, tapi diamalkan dalam tataran sistem
bernegara.
REFERENSI
- Al Kutb. Shahib. (2004). Warisan Peradaban Islam di Bidang Sains dan Teknologi. Pustaka Thariqul izzah.
- Setiana Dewi.Oki. (2012). Pernik Cinta Oki Setiana Dewi. Mizania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar